Minggu, 10 Januari 2010

Ketoprak Tobong Kelana Bhakti Budaya

oleh: ndaru sih


Mutakhir ini budaya tradisional kita sedang mendapat perhatian dari masyarakat domestik dan manca. Semenjak klaim-klaim kebudayaan seperti malaysia, kita menjadi sadar jika kebudayaan itu milik kita dan siapa lagi kalau bukan kita yang mewarisi. Namun begitu, tidak dapat dipungkiri jikalau sekarang kita juga sedang mengalami krisis menghargai warisan kebudayaan. Kebanyakan dari kita secara sadar atau tidak telah memilih kebudayaan asing (eropa, cina dan jepang) dari pada kebudayaan nenek moyang kita sendiri. Dalam hal ini kita tidak bisa menyalahkan siapa-siapa, karena transformasi budaya merupakan hal yang wajar terjadi apalagi di era globalisasi seperti saat ini. Namun kita juga tidak boleh berpangku tangan melihat warisan budaya kita kalah. Sebisa mungkin kita harus mempertahankan. Seiring dengan perkembangan zaman, seharusnya kita mampu menerapkan isu-isu aktual dalam kebudayaan kita. Sehingga motif kebudayaan senantiasa update atau tidak ketinggalan zaman. Karena selera masyarakat dulu dan sekarang memang berbeda. Mungkin dengan menuruti selera masyarakat sekarang kebudayaan kita akan lebih diminati khalayak.

Ketoprak merupakan contoh warisan budaya yang hampir punah. Di Kediri, Jawa Timur perkumpulan ketoprak masih dipertahankan sampai sekarang. Kelana Bhakti Budaya merupakan generasi ketoprak tobong yang sudah ada sejak tahun 1960-an. Saat perkumpulan-perkumpulan ketoprak lain mulai bangkrut, Kelana Bhakti Budaya lahir dengan niatan suci: mempertahankan budaya leluhur. Hanya niat tulus ikhlas lah yang mendasari semangat dari tiap anggota. Buktinya mereka tetap setia melakoni pentas keliling, walau dengan imbalan sedikit. Mereka juga rela di kala siang harus berkerja sambilan, menjadi tukang bangunan, tukang batu atau pekerjaan buruh lain.

Kelana Bhakti Budaya yang didirikan pada tahun 2000 ini melanjutkan generasi ketoprak tobong di Kediri. Dengan tertatih-tatih perkumpulan ini berdiri ditengah zaman televisi dan komputer. Di saat perkumpulan ketoprak sejenis banyak yang bangkrut, perkumpulan ini justru banyak berbenah diri. Sebelumnya perkumpulan ketoprak ini bernama Sri Budoyo (1992), kemudian berganti nama menjadi Candra Kirana (1994). Sebenarnya ketoprak ini sempat vakum ditahun 1999, namun berhasil bangkit lagi berkat usaha keras bapak Dwi Tartiyasa, pemilik ketoprak ini sekarang. Yang menarik dari perkumpulan ketoprak ini adalah : semangat dari para anggota ketoprak tobong yang merelakan hidup matinya di tobong. Mereka harus pentas berpindah-pindah dengan penghasilan yang sedikit. Belum lagi jika waktu musim penghujan datang, mereka tidak mendapat penghasilan dan hanya mendapat uang makan saja.

Bertahan ditengah zaman televisi dan komputer, ketoprak tobong tidak mengalami perubahan yang cukup berarti. Inovasi dalam ketoprak tobong sangat kurang, bahkan mungkin lakon cerita dari dulu sampai sekarang masih sama. Mereka tidak bisa memenuhi selera pasar sekarang, mungkin ini lah yang membuat ketoprak banyak kehilangan penonton. Mungkin juga karena pertunjukan ini digelar pada malam hari, mulai dari jam sembilan sampai setengah dua belas malam. Sehingga banyak orang yang enggan menyaksikan karena lebih baik menggunakan waktu mereka untuk beristirahat.
Seperti yang telah saya sebutkan dibagian isi, jika Kelana Bhakti Budaya adalah satu-satunya ketoprak tobong yang ada di Yogyakarta. Anggota dan penggemar ketoprak tobong ini hampir 97% adalah orang tua yang sudah berumur 50 keatas. Melihat hal tersebut bukan berarti saya mengharap ketoprak ini akan mati. Namun pada akhir makalah ini saya mengajak para pembaca untuk tidak melupakan budaya leluhur khususnya ketoprak tobong. Atau bahkan mungkin saudara ikhlas membantu dengan membeli karcis dan menonton pertunjukan ini.

(tulisan ini adalah bagian kesimpulan makalah Ketoprak Tobong Kelana Bhakti Budaya)

6 komentar:

  1. Kelana Bhakti Budaya ini sekarang pentasnya dimana? Atau berpindah-pindah?

    salam,


    bw

    BalasHapus
  2. salam juga mas,

    Kelana Bhakti Budaya ini sekarang ada di Lapangan Jodog, kecamatan Pandak, Bantul, Yogyakarta. Sudah 3 bulan grup ketoprak ini ada disini. Rencananya mereka pentas di Pandak selama 7 bulan.

    BalasHapus
  3. ketoprak tobong kapan ke Semarang???
    saya tunggu ya????
    biar saya juga bis nonton.,.,
    hehehehe,.,.,

    salam Yuni Candradewi.,.,.

    BalasHapus
  4. mas ndaru, saya justin mahasiswi psikologi ugm 08. saya boleh baca makalah mas ndaru soal ketoprak tobong gaa?soalnya saya lg cari tau soal kelompok seni ini.jawabannya saya tunggu di email ya larissa.justin@rocketmail.com

    maturnuwun :)

    BalasHapus

komentar-komentar