Kamis, 07 Mei 2009

Babad Prambanan, Jakarta, Balai Pustaka : 1981

oleh : Endi Zulkarnaedi

Perang pun berkecamuk, para prajurit Pengging terdesak mundur karena jumlah para prajurit Prambanan lebih banyak dan bersemangat. Mengetahui prajuritnya terdesak mundur, Prabu Anglingdriya murka dan tidak terima, karena kekalutannya, Prabu Anglingdriya memutuskan untuk turun langsung dalam peperangan melawan Prambanan. Namun niatan Sang prabu ini kemudian tidak disetujui oleh Sang Patih Tambakbaya. Menurutnya, seorang raja harus tetap di istana dan tidak meninggalkan istana untuk berperang selama masih memiliki Patih dan bala tentara. Setelah dinasehati oleh sang guru, yaitu Resi Ki Ajar Rencasa. Sang Prabu Anglingdriya bersedia untuk tetap di istana. Patih Tambakabaya meninggalkan istana untuk mencari jago perang. Di tengah perjalanan ia bertemu dengan seorang pemuda gagah yang bernama Raden Darmamaya. Keduanya bertemu dan Patih Tambakbaya mengutarakan maksud hatinya jika ia tengah mencari jago perang untuk membela Pengging yang telah dipukul mundur oleh pasukan Prambanan. Raden Darmamaya menyanggupi permintaan Patih Tambakbaya.
Akhirnya mereka menuju pulang ke Pengging, namun di tengah perjalanan, Patih Tambakbaya dan Raden Darmamaya dihadang oleh bala tentara Prambanan. Perkelahian tak dapat terelakkan. Meskipun serangan dating bertubi-tubi dari segala penjuru, namun dengan kesaktiannya, Raden Darmamaya mampu membunuh bala tentara Prambanan.
Sesampainya di istana Pengging, Patih Tambakabaya menghadap Prabu untuk memberitakan jika sang jago perang telah ditemukan, yang tak lain adalah Raden Darmamaya. Prabu Anglingdriya senang dengan berita ini, ia pun segera memanggil anaknya. Sang permaisuri pun ternyata jug menruh hati pada Raden Darmamaya. Dengan demikian prosesi pernikahan permaisuri Pengging dengan Raden Darmamaya segera dilangsungkan.
Mengetahui hal ini, Prabu Karungkala murka dan memerintahkan untuk menyerang Pengging. Namun karena kesigapan dari Raden Darmamaya, pasukan Prambanan dapat dikalahkan dan Prabu Karungkala yang saat itu ikut berperang mampu dikalahkan oleh Raden Darmamaya.
Sang permaisuri, Roro Jonggrang mengetahui hal tentang kematian suaminya. Ia bersedih dan seolah tidak terima akan hal yang menimpanya. Ia pun mengadakan sayembara, barang siapa yang mampu memukul mundur pasukan Pengging dari wilayah Prambanan, maka akan dijadikan suaminya. Berita ini terdengar sampai ke telinga Raden Baka, putra dari Prabu Dipanata. Raden Baka yang mengetahui sayembara itu dari Ki Ajar Rencasya bergegas menuju Prambanan untuk menemui Roro Jonggrang. Sesampainya di istana Prambanan, Raden Baka sangat terpukau dengan kecantikan Roro Jonggrang, namun Roro Jonggrang belum mau menrima cinta Raden Baka jika ia belum mampu memukul mundur pasukan Pengging dari wilayah Prambanan.
Prabu Baka mengetahui jika lawan yang dihadapinya, yaitu Raden Darmamaya ternyata masih adik sepupunya sendiri. Ia berniat agar peperangan tidak diteruskan dan memilih jalan damai. Raden Baka mengutus seorang prajurit agar menyampaikan kepada Radeng Darmamaya bahwa saat ini Prambanan dikuasai Raden Baka.
Mengetahui hal ini, Raden Darmamaya menarik mundur pasukannya untuk menghindari peperangan dengan Prambanan. Di kesempatan yang berbeda, cucu Prabu Anglingdriya yang dititipkan kepada Ki ajar rencasya, Raden Bandung telah beranjak dewasa. Ia pulan ke Pengging untuk meminta restu dari san kakek, Prabu Anglingdriya untuk turut berperang melawan Prambanan yang dipimpin oleh Prabu Baka.
Karena telah dikuasai oleh nafsu, Prabu Baka memrintahkan pasukannya untuk menyerang pasukan Pengging. Pasukan Pengging yang dipimpin Raden Bandung melakukan perlawanan. Akhirnya seorang senopati Prambanan yang bernama Bandawasa berhasil dikalahkan oleh raden bandung, sehingga Raden Bandung berubah nama menjadi Bandung Bandawasa.
Mengetahui salah seorang senopatinya tewas, Prabu Baka turun langsung dalam peprangan melawan Pengging yang dipimpin Bandung bandawasa. Karena Bandung Bandawas memang seorang yang sangat sakti mandraguna, Prabu baka dapat dikalahkan.
Bandung Bondowoso bergegas menuju istana Prambanan yang telah ditinggalkan oleh pasukan dan rakyatnya. Sesampainya di istana, ia berjumpa dengan putri yang amat cantik nan rupawan yang tak lain adalah Roro Jonggrang. Bandung Bondowoso langsung terpikat hatinya oleh kecantikan Roro Jonggrang.Roro Jonggrang sudah kehabisan akal untuk menolak cinta Bandung Bondowoso, segala cara telah ia tempuh untuk meyakinkan Bandung Bondowoso jika Roro Jonggrang tidak mencintai Bandung Bondowoso dan merka tidak mungkin dapat bersatu.
Sampai pada suatu ketika, Roro Jonggrang menyanggupi keinginan Bandung Bondowoso untuk memperistrinya. Namun dalam kesanggupannya itu, Roro Jonggrang mengajukan permintaan yang harus dipenuhi oleh Bandung Bondowoso.
Bandung Bondowoso harus membuat seribu candi dalam waktu semalam untuk Roro Jonggrang. Dimana candi tersebut merupakan persembahan untuk Roro Jonggrang. Tanpa berpikir panjang, Bandung Bondowoso menyanggupi permintaan Roro Jonggrang. Jika kita telaah, tentunya persyaratan yang diajukan Roro Jonggrang sangat tidaklah mungkin dapat dilakukan oleh seorang manusia.
Akhirnya dimulailah pembangunan seribu candi itu, dengan kesaktiannya Bandung Bondowoso mengerahkan seluruh pasukan Jin yang dimiliknya untuk membantu dalam pembangunan seribu candi itu. Mengetahui pembangunan candi akan selesai, Roro Jonggrang panik dan khawatir jika Bandung Bondowoso dapat menyelesaikan tugas yang diberikannya. Akhirnya Roro Jonggrang meminta seluruh warganya untuk menumbuk lesung dan membakar jerami kering agar langit tampak kemerah-merahan yang menandakan jika fajar akan muncul.
Mengetahui telah dibohongi Roro Jonggrang, Bandung Bondowoso marah dan sudah habis kesabarannya. Bandung Bondowoso meninggalkan pekerjaannya dan mengutuk Roro Jonggrang menjadi candi yang belum sempat dibuatnya.

4 komentar:

  1. end.. tulisan prambanan mu tak positng tanpa ijin.. makane sakiki aku jaluk ijin.. Ok coyhttp://us.i1.yimg.com/us.yimg.com/i/mesg/emoticons7/20.gif

    BalasHapus
  2. bisakah disertakan sumber tulisan yang bisa dikutip dari referensi seperti buku maupun novel? terimakasih.

    BalasHapus

komentar-komentar