Jumat, 30 Januari 2009

Nasib bangsa kita ditangan pemimpin

Banyak orang mengatakan jika nasib bangsa indonesia berada ditangan rakyat. Sebagaimna semboyan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono “Bersama Kita Bisa”. Saya setuju dengan semboyan tersebut, memang untuk membangun negara perlu partisipasi seluruh elemen rakyat. Tetapi kita juga harus tahu siapa yang lebih bertanggung jawab dalam membangun bangsa? Rakyat kah atau Pemimpinnya. Untuk hal ini saya setuju jikalau pemimpin lebih merupakan faktor penentu kemakmuran suatu bangsa dan kemakmuran rakyat adalah buktinya.

Sudah 63 tahun bangsa kita merdeka, terbebas dari penjajahan namun kita masih tetap merasa terjajah dan menderita. Harga-harga kebutuhan yang semakin mencekik, angka kemiskinan yang tak jelas banyaknya, korupsi dll sungguh semua ini seperti tak ada ubahnya dengan masa kolonial. Kalo begitu apa kita sudah merdeka? Arti merdeka mungkin sebatas pada penghapusan diskriminasi antar elit masyarakat pada masa revolusi kemerdekaan. Sekarang kondisi bangsa kita tampak mewah, berbagai fasilitas sudah baik dan modern. Namun itu semua akan terasa fana jika mengingat banyak fasilitas yang diimpor dari negara asing, walaupun toh tidak semuanya. Bangsa kita masih terlalu konsumtif terhadap barang asing dan enggan memakai barang negri sendiri. Hal ini lah yang membuat bangsa kita semakin menderita karena keuntungan tidak masuk kas negara melainkan ke negara lain. Kondisi ini membuktikan jika kita masih terjajah. Dan apa yang menjajah adalah skema mutakhir yang rapi dari investor asing yang dibuka lebar oleh pemerintah kita sendiri. Dalam hal ini pemimpin salah. Pemimpin yang baik harus berani menendang dan mengganti sistem ini.

Kita tidak bisa menutup mata melihat kelakuan para pemimpin kita. Sebagai contoh KPK pada hari Rabu, 9 April 08 menangkap basah anggota DPR terkait suap dan korupsi alih fungsi hutan lindung. Tentu saja ini membuat rakyat geram, pemimpin yang semestinya melindungi rakyat malah mengkhianati rakyat. Untuk itu hukuman apakah yang harus divoniskan pada wakil kita ini? Belum lagi aparat negara yang seharusnya menegakan hukum malah menjadikannya untuk kepentingan sendiri. Sungguh kondisi yang memprihatinkan, kaum eksekutif dan yudikatif tidak berjalan di tempatnya.

Pemimpin adalah orang yang berpengaruh atau dapat mempengaruhi. Dengan kekuasaannya ia dapat menciptakan program2, kebijakan yang sepenuhnya kehendak dia. Jadi pemimpin harus bisa menjadi hero (pahlawan) menyelamatkan nasib rakyat. Sebagaimana yang pernah ia janji2 kan saat masa kampanye. Pemimpin harus siap menderita demi rakyatnya, sebagaimana Jendral Besar Sudirman dalam perjuangannya. Walaupun sakit kian parah tetapi tetap berjuang membela rakyat yang lemah.

Sudah saatnya rakyat bangkit, kita belum merdeka, kita harus mengambil alih kursi kekuasaan untuk kesejahteraan rakyat. Karena rakyat adalah kita. Karena nasib bangsa kita di tangan pemimpin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar-komentar